Jumat, 05 September 2008

INOVASI DALAM PENDIDIKAN ( IDE ) DI SEKOLAH DASAR

INOVASI DALAM PENDIDIKAN ( IDE ) DI SEKOLAH DASAR

Seto Mulyadi, Ketua Dewan Penasihat program IDE IDE (Inovasi Dalam Edukasi) adalah program berkesinambungan dalam Pembelajaran-Interaktif-Menyenangkan dengan mempergunakan alat peraga, yang ditujukan kepada murid Sekolah Dasar (SD). Kehadiran program IDE sejak 5 tahun belakangan ini juga dimaksudkan agar memperbesar arti dan peranan para guru sebagai duta pendidikan. Untuk tahun ajaran 2006-2007, program IDE kini telah menjangkau 300.000 murid, 15.000 guru pada 1.000 SD yang tersebar di empat provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Program IDE yang bergulir sejak awal 2002, diprakarsai oleh PT Unilever Indonesia, Tbk yang kemudian menunjuk Interact Carlson Marketing Group (ICMG) sebagai mitra. Program ini dimulai dengan sebuah pilot project yang bersifat non-komersial, dan didukung oleh para praktisi dunia pendidikan termasuk Dinas Pendidikan, serta disponsori oleh Unilever. “Program IDE adalah sebuah terobosan yang perlu diapresiasi dan menunjukkan kepedulian yang tinggi dari dunia usaha mengenai pentingnya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia," tutur Seto Mulyadi, Ketua Dewan Penasihat program IDE. Pada awalnya, 13 SD diseleksi dan proses pembelajaran baru yaitu "interactive, fun learning" diperkenalkan. Materi pembelajarannya tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku, namun telah dirancang sedemikian rupa sehingga tampil lebih menarik dalam bentuk alat bantu pembelajaran seperti misalnya poster atau flip chart. Setelah setahun berjalan yang diikuti dengan pemantauan yang ketat, maka dilakukan evaluasi, baik dari manfaat dari proses pembelajaran interaktif menyenangkan serta penggunaan alat bantu mengajarnya. Studi banding juga dilakukan, antara sekolah peserta program IDE dan non-peserta. Hasilnya sangat menggembirakan. Program bernuansa pendidikan ini dapat diterima dan disukai, dan mendorong pilot project ini dikembangkan lebih meluas ke lebih banyak sekolah di kota-kota lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Seiring perkembangan program IDE yang melibatkan lebih banyak sekolah, Dewan Penasihat program ini melihat bahwa proses pemantauan dan pengukuran efektifitas program IDE perlu lebih ditingkatkan, sehingga ditunjuk biro riset untuk melaksanakan survei berskala besar pada sekolah peserta dan non-peserta. Berdasarkan hasil riset independen dari AcCis pada 2006, mayoritas responden memberikan persepsi positif terhadap metode baru yang dilakukan program IDE, diantaranya pemahaman yang lebih mudah terhadap materi pelajaran; belajar lebih menyenangkan dan menarik; para siswa dapat lebih menikmati aktivitas di sekolah; proses mengajar dapat lebih aktif karena peran gambar; dan membuat para siswa lebih mudah menyerap topik yang dibahas. Riset tersebut melibatkan responden sebanyak 650 siswa, 100 guru dan 100 orang tua murid. "Kini yang menjadi tantangan bagi kami adalah bagaimana mengajak semua pihak untuk ikut peduli pada pendidikan dan mengoptimalkan program IDE sesuai dengan kapasitas yang ada, dengan harapan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, khususnya murid-murid SD," jelas Esti Sofwan, Project Manager Program IDE. "Untuk itu kami ingin mendapatkan berbagai masukan dari semua pihak demi pengembangan program IDE. Kami percaya bahwa rekan-rekan dari media akan mendukung program ini agar mencapai hasil yang maksimal dengan menjangkau lebih banyak murid di Indonesia", papar Esti. Dukungan dari mitra koalisi Unilever, sebagai penggagas utama dalam program ini, telah mengikutsertakan beberapa brand guna mendukung pembelajaran di dalam kelas yaitu: Rinso, Kotex, Lifebuoy, Pepsodent, Wall’s dan Sariwangi. Beberapa brand lain dari Unilever yang mendukung program aktivasi di luar kelas (ekstrakurikuler) adalah Taro dengan story telling "Dewi Bumi' - untuk cinta lingkungan; Lifebuoy "Berbagi Sehat" - kampanye cuci tangan; Komik "Aji Pemboros" - mendidik untuk rajin menabung dan tidak boros. Untuk tahun ini, Unilever memperkenalkan subyek lingkungan yang berkonsep "Green and Clean". Konsep ini lebih menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan praktik dan implementasi secara langsung. Diawali dengan sosialisasi pemisahan sampah organik & anorganik, proses pembuatan kompos dan proses lebih lanjut. Dalam implementasi tersebut melibatkan seluruh stakeholder yang terdiri dari pihak donor, dinas pendidikan wilayah, dewan penasehat, pihak sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, komite dan pihak-pihak pendukung sekolah) serta program manajemen program IDE. "Melalui ‘Green and Clean’ sebagai bagian dari Program IDE, kami ingin mengajarkan anak-anak untuk peduli lingkungan sejak usia dini. Tidak hanya berhenti di sekolah, anak-anak juga akan menjadi agen perubahan dengan membawa kesadaran lingkungan tersebut ke rumah dan lingkungan tempat tinggalnya," ujar Okti Damayanti, General Manager Unilever Peduli. Pada tahun ajaran 2006-2007 ini, IDE menggandeng mitra koalisi baru yaitu Frisian Flag Indonesia (FFI) - pemimpin pasar industri susu di Indonesia yang ahli di bidang nutrisi - dengan konsep Get Ready for Life! Konsep ini menitik-beratkan pada kesiapan anak untuk menyongsong masa depan. HR & General Affairs Director FFI Hendro Harijogi Poedjono menyatakan, keterlibatan FFI juga merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk turut serta membantu meningkatkan tingkat kesehatan dan gizi di Indonesia melalui berbagai aktivitas termasuk pendidikan terhadap stakeholders dan konsumen pada umumnya.

Tidak ada komentar: