Jumat, 05 September 2008

INOVASI DALAM PENDIDIKAN ( IDE ) DI SEKOLAH DASAR

INOVASI DALAM PENDIDIKAN ( IDE ) DI SEKOLAH DASAR

Seto Mulyadi, Ketua Dewan Penasihat program IDE IDE (Inovasi Dalam Edukasi) adalah program berkesinambungan dalam Pembelajaran-Interaktif-Menyenangkan dengan mempergunakan alat peraga, yang ditujukan kepada murid Sekolah Dasar (SD). Kehadiran program IDE sejak 5 tahun belakangan ini juga dimaksudkan agar memperbesar arti dan peranan para guru sebagai duta pendidikan. Untuk tahun ajaran 2006-2007, program IDE kini telah menjangkau 300.000 murid, 15.000 guru pada 1.000 SD yang tersebar di empat provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Program IDE yang bergulir sejak awal 2002, diprakarsai oleh PT Unilever Indonesia, Tbk yang kemudian menunjuk Interact Carlson Marketing Group (ICMG) sebagai mitra. Program ini dimulai dengan sebuah pilot project yang bersifat non-komersial, dan didukung oleh para praktisi dunia pendidikan termasuk Dinas Pendidikan, serta disponsori oleh Unilever. “Program IDE adalah sebuah terobosan yang perlu diapresiasi dan menunjukkan kepedulian yang tinggi dari dunia usaha mengenai pentingnya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia," tutur Seto Mulyadi, Ketua Dewan Penasihat program IDE. Pada awalnya, 13 SD diseleksi dan proses pembelajaran baru yaitu "interactive, fun learning" diperkenalkan. Materi pembelajarannya tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku, namun telah dirancang sedemikian rupa sehingga tampil lebih menarik dalam bentuk alat bantu pembelajaran seperti misalnya poster atau flip chart. Setelah setahun berjalan yang diikuti dengan pemantauan yang ketat, maka dilakukan evaluasi, baik dari manfaat dari proses pembelajaran interaktif menyenangkan serta penggunaan alat bantu mengajarnya. Studi banding juga dilakukan, antara sekolah peserta program IDE dan non-peserta. Hasilnya sangat menggembirakan. Program bernuansa pendidikan ini dapat diterima dan disukai, dan mendorong pilot project ini dikembangkan lebih meluas ke lebih banyak sekolah di kota-kota lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Seiring perkembangan program IDE yang melibatkan lebih banyak sekolah, Dewan Penasihat program ini melihat bahwa proses pemantauan dan pengukuran efektifitas program IDE perlu lebih ditingkatkan, sehingga ditunjuk biro riset untuk melaksanakan survei berskala besar pada sekolah peserta dan non-peserta. Berdasarkan hasil riset independen dari AcCis pada 2006, mayoritas responden memberikan persepsi positif terhadap metode baru yang dilakukan program IDE, diantaranya pemahaman yang lebih mudah terhadap materi pelajaran; belajar lebih menyenangkan dan menarik; para siswa dapat lebih menikmati aktivitas di sekolah; proses mengajar dapat lebih aktif karena peran gambar; dan membuat para siswa lebih mudah menyerap topik yang dibahas. Riset tersebut melibatkan responden sebanyak 650 siswa, 100 guru dan 100 orang tua murid. "Kini yang menjadi tantangan bagi kami adalah bagaimana mengajak semua pihak untuk ikut peduli pada pendidikan dan mengoptimalkan program IDE sesuai dengan kapasitas yang ada, dengan harapan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, khususnya murid-murid SD," jelas Esti Sofwan, Project Manager Program IDE. "Untuk itu kami ingin mendapatkan berbagai masukan dari semua pihak demi pengembangan program IDE. Kami percaya bahwa rekan-rekan dari media akan mendukung program ini agar mencapai hasil yang maksimal dengan menjangkau lebih banyak murid di Indonesia", papar Esti. Dukungan dari mitra koalisi Unilever, sebagai penggagas utama dalam program ini, telah mengikutsertakan beberapa brand guna mendukung pembelajaran di dalam kelas yaitu: Rinso, Kotex, Lifebuoy, Pepsodent, Wall’s dan Sariwangi. Beberapa brand lain dari Unilever yang mendukung program aktivasi di luar kelas (ekstrakurikuler) adalah Taro dengan story telling "Dewi Bumi' - untuk cinta lingkungan; Lifebuoy "Berbagi Sehat" - kampanye cuci tangan; Komik "Aji Pemboros" - mendidik untuk rajin menabung dan tidak boros. Untuk tahun ini, Unilever memperkenalkan subyek lingkungan yang berkonsep "Green and Clean". Konsep ini lebih menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan praktik dan implementasi secara langsung. Diawali dengan sosialisasi pemisahan sampah organik & anorganik, proses pembuatan kompos dan proses lebih lanjut. Dalam implementasi tersebut melibatkan seluruh stakeholder yang terdiri dari pihak donor, dinas pendidikan wilayah, dewan penasehat, pihak sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, komite dan pihak-pihak pendukung sekolah) serta program manajemen program IDE. "Melalui ‘Green and Clean’ sebagai bagian dari Program IDE, kami ingin mengajarkan anak-anak untuk peduli lingkungan sejak usia dini. Tidak hanya berhenti di sekolah, anak-anak juga akan menjadi agen perubahan dengan membawa kesadaran lingkungan tersebut ke rumah dan lingkungan tempat tinggalnya," ujar Okti Damayanti, General Manager Unilever Peduli. Pada tahun ajaran 2006-2007 ini, IDE menggandeng mitra koalisi baru yaitu Frisian Flag Indonesia (FFI) - pemimpin pasar industri susu di Indonesia yang ahli di bidang nutrisi - dengan konsep Get Ready for Life! Konsep ini menitik-beratkan pada kesiapan anak untuk menyongsong masa depan. HR & General Affairs Director FFI Hendro Harijogi Poedjono menyatakan, keterlibatan FFI juga merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk turut serta membantu meningkatkan tingkat kesehatan dan gizi di Indonesia melalui berbagai aktivitas termasuk pendidikan terhadap stakeholders dan konsumen pada umumnya.

Pembelajaran Di Taman Kanak - Kanak

MODEL PEMBELAJARAN ATRAKTIF
DI TAMAN KANAK-KANAK
Oleh: Kartini, S.Pd.(Widyaiswara PPPG Tertulis Bidang Studi Keguruan)
Sasaran utama dalam kerangka sistem dan aktifitas persekolahan di antaranya mempersatukan pendidikan dan kreatifitas peserta didik. Tujuannya untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk potensi memberikan respon kreatif terhadap hal-hal sekitar kehidupannya. Ada yang beranggapan bahwa bila daya kreativitas peserta didik rendah, maka secara pedagogis ada yang kurang pas dalam kerangka sistem dan aktivitas persekolahan.Malik Fadjar sebagai praktisi pendidikan berpendapat selama ini proses belajar mengajar terasa rutin dan statis, kalaupun ada perubahan atau perbaikan sifatnya masih sepotong-sepotong dan parsial. Padahal pembaharuan dan perubahan tidak hanya menyangkut didaktik metodik saja, melainkan menyangkut pula aspek-aspek pedagogis, filosofis, input, proses, dan output.
James W. Botkin menamai proses belajar itu dalam suasana inovatif [innovative Seaming). Suasana belajar yang inovatif dapat memecahkan persoalan-persoalan krisis dalam pendidikan dan membentuk ketahanan anak didik maupun sekolah dalam menghadapi kehidupan serta menjaga harkat martabat manusia supaya tetap berkembang.
Sementara ini ada pemahaman yang salah, mereka menganggap bahwa guru TK tidak lagi berpandangan bahwa taman yang paling indah tempat bermain dan berteman banyak yang penuh dengan suasana inovatif. Akan tetapi tempat belajar, tempat mendengar guru mengajar dan mengerjakan PR. Tentu saja hal itu akan membuat anak-anak jenuh, pasif, dan terlebih lagi hilang sebagian masa bermainnya.
Dalam tulisan ini mencoba menguraikan bagaimana mempertemukan pendidikan dan kreativitas pada anak didik melalui model pembelajaran di TK yang atraktif.
PPPG Tertulis telah rnengadakan studi banding pada sekolah Taman Kanak-kanak di wilayah Bandung tengah mengenai pengembangar model pendidikan di TK. Berdasarkan temuan di lapangan ada beberapa TK yang sedang menerapkan pengembangan –model pendidikan untuk TK Atrakfif.
Gagasan TK Atraktif tersebut pada dasarnya mempakan upaya mengembalikan TK pada fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman yang paling indah. Maksud tainan di sana yaitu TK yang menyenangkan dan menarik. Selain dari itu, dapajuga menantang anak untuk bermain sambil mempelajari berbagai hal tentang bahasa, intelektual, motorik, disiplin, emosi, dan sosiobilitas.Kata atraktif mengandung makna selain menarik dan menyenangkan juga penuh kreativitas dan dapat mendorong anak bermain sambil belajar sesuai dengan prinsip pokok pendidikan di TK.
Pengembangan Model Pelajaran untuk TK Atraktif
Seperti yang sudah diuraikan di atas, bahwa tujuan pokok dari pengembangan TK atraktif ialah mengembalikan dan menempatkan TK pada fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman. Secara khusus, pengembangan TK atraktif bertujuan untuk:
Menanamkan filosofi pelaksanaan pendidikan di Taman Kanak-kanak. Filosofi pendidikan TK telah disusun dan dituangkan dengan indahnya dalam mars lagu TK. Mars TK bukan hanya sekedar dinyanyikan, tapi merupakan pengejawantahan isi dan makna yang tertuang dalam lagu tersebut. TK adalah “taman yang paling indah”, secara filosofi seharusnya menjiwai pelaksanaan pendidikan TK dengan berbagai bentuk kegiatan yang indah, menarik dan menyenangkan anak. “Tempat bermain”, yaitu melalui bermain anak akan “berteman banyak”, urrtuk mempelajari karakter, keinginan, sikap, dan gayatingkah laku masing-masing.
Menyebarkan wawasan tentang pelaksanaan pendidikan TK yang atraktif. Tingginya derajat penyimpangan TK mengharuskan perlunya secara intensif penyebaran wawasan dan pemahaman tentang makna dan proses pendidikan TK atraktif.
Mengubah sikap dan perilaku guru yang belum sesuai dengan kerakteristik pendidikan di TK.
Mendorong munculnya inovasi dan kreativitas guru dalam menciptakan dan mengembangkan iklim pendidikan yang kondusif di TK.
Selanjutnya suatu Taman Kanak-kanak dapat dikatakan atraktif apabila memenuhi 3 persyaratan yang disebut sebagai 3 pilar utama.
Pilar pertama: Penataan lingkungan, baik di dalam maupun diluar kelas. Walaupun penataan lingkungan di TK sudah ada dalam buku pedoman sarana pendidikan TK. Namun bagi seorang guru yarrg kreafif, tidak ada sejengkal ruangan yang tidak bisa dijadikan sarana pengembangan anak. Segi penataan lingkungan di dalam kelas, setiap ruangan, mulai dari lantai, dinding, rak buku, jendela, sampai langit-langit dapat dibuat menjadi atraktif. Begitu juga segi penataan lingkungan di luar kelas, mulai dari pintu gerbang, jalan menuju kelas, tanaman hias, apotik hidup, kandang binatang ternak, saluran air, tempat sampah, papan pengumuman, ayunan, jungkitan, papan luncur sampai terowongan semuanya bisa dirancang atraktif. Contoh: Pintu gerbang- bisa dibentuk menjadi bentuk ikan hiu, harimau atau ayam.
Pilar kedua: Kegiatan bermain dan -alat permainan edukatif, Merancang, dan mengembangkan berbagai jenis alat permainan edukatif, bagi guru yang kreatif akan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar anak, misalnya terbuat dari koran, kardus, biji kacang hijau, batang korek api, lilin, gelas aqua dan sebagainya. Demikian pula pada kegiatan pengembangan kemampuan anak, akan dikemas oleh guru menjadi kegiatan yang menarik. dalam suatu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), contohnya dalam pembukaan ada kegiatan brainstorming, dalam proses permainan ada kegiatan fun cooking, sandal making, story reading, atau story telling.
Pilar ketiga: Ada interaksi edukatif yang ditunjukkan guru. Guru TK harus memahami dan melaksanakan tindakan edukatif yang sesuai dengan usia perkembangan anak. Mulai dari. pembukaan kegiatan proses KBM sampai penutup kegiatan. Tindakan guru dapat dimulai dengan memberikan teladan, misalnya cara duduk, membuang sampah etika makan, berpakaian, berbicara dan sebagainya. Demikian pula cara bertindak, misalnya memberi pujian dan dorongan pada anak, menunjukkan kasih sayang dan perhatian hendaknya adil.Beberapa
Beberapa Model Pendidikan TK Atraktif
Dalam tulisan ini, akan dikemukakan 2 contoh model pendidikan TK atraktif, yaitu Pengajaran Suara, Bentuk dan Bilangan dan Sistem PengajaranSentra.
1. Pengajaran Suara, Bentuk, dan Bilangan
Konsep pengajaran suara, bentuk dan bilangan berawal dari konsep dasar yang dikemukakan oleh John Heindrich Pestalozzi. Walaupun Pestalozzi hidup pada abad 16, tapi pandangan dan konsep-konsepnya banyak yang menjadi kerangka dasar para pemikir pendidikan anak untuk Taman Kanak-kanak di abad sekarang. Salah satu karyanya berjudul “Die Methoden” yang mengupas tentang metodologi pembelajaran dalam beberapa bidang pelajaran. Salah satu pandangannya yang sangat relevan dalam pendidikan untuk TK atrakfif adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada suara, behtuk dan bilangan. Konsep ini sangat dekat dengan pengembangan potensi anak pada dimensi auditori, visual dan memori yang tepat digunakan bagi perkembangan anak TK.
Pandangan Dasar tentang Pendidikan
Pestalozzi mempunyai pandangan bahwa pendidikan bukanlah upaya menimbun pengetahuan pada anak didik. Atas dasar pandangan ini, ia menentang pengajaran yang “verbalists”. Pandangan ini melandasi pemikirannya bahwa pendidikan pada hakikatnya usaha pertolongan (bantuan) pada anak agar anakmampu menolong dirinya sendiri yang dikenal dengan “Hilfe Zur Selfbsthilfe“.
Dilihat dari konsepsi tujuan pendidikan, Pestolozzi sangat menekankan pengembangan aspek sosial pada anak sehingga anak dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan sosialnya serta mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pendidikan sosial ini akan berkembang jika dimulai dari pendidikan ketuarga yang baik. A Malik Fajar dalam opininya tentang Renungan Hardiknas tanggal 2 Mei 2001 sangat mendukung gagasan untuk menghidupkan kembali pendidikan berbasis masyarakat (community base education) dan menjadikannya sebagai paradjgma barn sekaligus model yang patut ditindaklanjuti.
Pada kenyataannya baik pendidikan maupun sistem dan model-model kelembagaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat mencerminkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Jadi menurutnya pendidikan berbasis masyarakat akan memperkuat posisi dan peran pendidikan sebuah model sosial. Ada 3 prinsip yang menjadi dasar pendidikan ini, yaitu sebagai berikut.
Pendidikan TK menekankan pada pengamatan alam. Semua pengetahuan bersumber pada pengamatan.- Pengamatan seorang anak pada sesuatu akan menimbulkan pengertian. Pengertian yang baru akan bergabung dengan pengertian lama dan membentuk pengetahuan. Selain itu Pestolozzi juga menganjurkan . pendidikan kembali ke alam (back to nature), atau sekolah alam. Inti utamanya adalah mengajak anak melakukan pengamatan pada sumber belajar di lingkungan sekitar.
Menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak. Melalui keaktifan anak maka ia akan mampu mengolah kesan pengamatan menjadi pengetahuan. Keaktifan juga akan mendorong anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga merupakan pengalaman langsung dengan lingkungan. Pengalaman interaksi ini akan menimbulkan pengertian tentang lingkungan dan selanjutnya akan menjadi pengetahuan baru. Inilah pemikiran Pestolozzi yang banyak menjadi topik perbincangan yang disebut belajar aktif (active learning).
Pembelajaran pada anak harus berjalan secara teratur setingkat demi setingkat atau bertahap. Prinsip ini sangat cocok dengan kodrat anak yang tumbuh dan berkembang secara bertahap. Pandangan dasar tersebut membawa konsekuensi bahwa bahan pengembangan yang diberikan harus disusun secara bertahap, dimulai dari bahan termudah sampai tersulit, dari bahan pengembangan yang sederhana sampai yang terkompleks.
Konsep Pendidikan Atraktif dari Pestolozzi
Ciri khas pandangan Pestalozzi mengenai proses pendidikan TK atrakfif yaitu melalui adanya pengajaran suara, bentuk dan bilangan. Semua bidang pengembangan yang diajarkan pada anak dikelompokkan dalam 3 kategori sebagai berikut.
Konsep suara mencakup bahan pengembangan bahasa, pengetahuan sejarah dan pengetahuan bumi.
Konsep bentuk mencakup pengetahuan bangun, menggambar dan menulis.
Konsep bilangan mencakup semua aspek yang berkaitan dengan berhitung.
Ketiga konsep di atas dapat melalui pengembangan AVM (Auditory Visual Memory). Melalui pengembangan AVM ini fungsi sel-sel syaraf akan berkembang dan selanjutnya akan dapat mengembangkan potensi-potensi lainnya seperti imajinasi, kreativitas, intelegensi, bakat, minat anak, misalnya dalam kelompok pengembangan auditori (bahasa), pengembangan perbendaharaan kosa kata anak dan kemampuan berkomunikasi harus mendapat perhatian intensif. Perbendaharaan kosakata akan menyentuh atau mempengaruhi dimensi potensi lainnya. Kemampuan anak berkomunikasi tergantung pada penguasaan kosakata anak.Dalam pelaksanaannya, pengembangan AVM dilaksanakan secara terpadu (intergrated). Kegiatan yang menggunakan metode percakapan dan bercerita, akan merupakan metode yang efektif dalam pengembangan AVM di TK.Sebagai contoh: memperkenalkan wama merah, bentuk bulat, rasa manis pada “Apel” merupakan salah satu model intergrated dalam pengembangan AVM.
Melalui gambar : anak diperkenalkan dengan pengertian “Apel”.
Melalui kosakata :anak mengucapkan kata “apel”.
Melalui bentuk :anak mengenal bentuk bulat.
Melalui bilangan :anak menghitung jumlahnya1, 2, 3 dan seterusnya.
2. Sistem Pengajaran Sentra
Model pendidikan ini, menitik beratkan pada pandangan seorang ahli pendidikan, Helen Parkhust yang lahir tahun 1807 di Amerika. Pandangannya adalah kegiatan pengajaran harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan individu yang mempunyai tempat dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap anak akan maju dan berkembang sesuai dengan kapasitas kemampuannya masing-masing. Walaupun demikian kegiatan pengajaran harus memberikan kemungkinan kepada murid untuk berinteraksi, bersosialisasi dan bekerja sama dengan murid lain dalam mengerjakan tugas tertentu secara mandiri. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Helen Parkhust tidak hanya mementingkan aspek individu, tapi juga aspek sosial.Untuk itu bentuk pengajaran ini merupakan keterpaduan antara bentuk klasikal dan bentuk individual. Sebagai gambaran pelaksanaan model ini, dapat diungkapkan sebagai berikut.
a) Ruangan kelas
Ruangan kelas dapat dimodifikasi menjadi kelas-kelas kecil, yang disebut ruangan vak atau sentra-sentra. Setiap ruangan vak atau sentra. terdiri atas satu bidang pengembangan. Ada sentra bahasa, sentra daya pikir, sentra daya cipta, sentra agama, sentra seni, sentra kemampuan motorik. Contohnya pada sentra bahasa terdapat bahan, alat-alat, serta sumber belajar seperti tape recorder, alat pendengar, kaset, alat peraga, gambar, dan sebagainya.
Pada sentra daya pikir berisi bahan-bahan ajar seperti alat mengukur, manik-manik, lidi untuk menghitung, gambar-gambar, alat-alat geometris, alat-alat laboratorium atau majalah pengetahuan. Demikian pula pada sentra khusus seperti sentra balok, sentra air, sentra musik atau sentra bak pasir.
b) Guru
Setiap guru harus mencintai dan menguasai bidang pengembangan masing-masing. Guru harus memberi penjelasan secara umum kepada murid-murid yang mengunjungi sentranya sesuai dengan tema yang dipelajari. Memberi pengarahan, mengawasi dan mempematikan murid-murid ketika menggunakan alat-alat sesuai dengan materi yang dipelajarinya. .Selanjutnya menanyakan kesulitan yang dialami murid-murid dalam mengerjakan materi tersebut. Selain dari itu guru sentra harus menguasai perkembangan setiap murid dalam mengerjakan berbagai tugas s’ehingga dapat mengikuti tempo dan irama perkembangan setiap murid dalam menguasai bahan-bahan pengajaran atau tugas perkembangannya.
c) Bahan dan Tugas
Bahan pengajaran setiap sentra terdiri dari bahan minimal dan bahan tambahan. Bahan minimal yaitu bahan pengajaran yang berisi uraian perkembangan kemampuan minimal yang harus dikuasai setiap anak sesuai tingkat usianya. Bahan ini harus dikuasai anak dan merupakan target kemampuan minimal dalam mempeiajari setiap sentra tertentu.
Bila anak sudah menguasai bahan pengajaran minimal, dapat memperoleh bahan pengajaran tambahan, yang merupakan pengembangan atau pengayaan dari pengajaran minimal. Pengayaan ini diberikan bisa secara individu maupun kelompok pada anak yang menguasai bahan minimal pada satuan waktu yang relatif sama. Bahan pengayaan ini tentu saja disesuaikan dengan kondisi lingkungan, dengan demikian anak dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan sesuai dengan kenyataan dengan penuh tanggungjawab.
Bahan setiap sentra hendaknya terintegrasi dengan sentra lainnya. Di bawah ini merupakan contoh adanya integrasi antar sentra bidang pengembangan.
Tema : Tanaman
Sentra bahasa: Dramatisasi “Fun Cooking”‘Sentra musik: bernyanyi menanam jagungSentra Aritmatika: belanja dan menghitung sayur-sayuranSentra air: memelihara dan merawat tanaman
d) Murid dan Tugasnya
Setiap murid akan mendapat tugas dan penjelasan secara klasikal. Masing-masing murid dapat memilih sentra yang akan diikutinya. la bebas menentukan waktu dan menggunakan alat-alat untuk menyelesaikan tugasnya. Setiap murid tidak boleh mengerjakan tugas lain sebelum tugas yang dikerjakannya selesai.Untuk mengembangkan sosiobilitas, murid boleh mengerjakan tugas tertentu bersama-sama. Dengan cara ini murid akan mempunyai kesempatan bersosialisasi, bekerja sama, tolong menolong satu dengan lainnya. Murid yang dapat menyelesaikan suatu tugas atau sudah menguasai bahan minimal, ia dapat meminta tugas tambahan dengan memilih kegiatan lain yang digemarinya. Agar perbedaan setiap murid tidak terlalu jauh, guru dapat menetapkan bahan maksimal pada setiap pokok bahasan. Bila murid tidak dapat menyelesaikannya di sekolah, karena suatu hal, maka guru dapat memberi izin untuk menyelesaikannya di rumah.
e) Penilaian Kemajuan Murid
Untuk menilai kemajuan murid digunakan tiga jenis kartu penilaian, yaitu kartu kemajuan individu, kartu rekapitulasi (mingguan, bulanan, catur wulan) dan kartu rekapitulasi laporan perkembangan setiap murid.
Penutup
Beranjak dari uraian di atas, mengenai model pembelajaran TK atraktif, maka dapat disimpulkan bahwa betapa sistem dan praktik pendidikan perlu dirancang, dikembangkan agar secara nyata menumbuhkan daya cipta peserta didik, melahirkan
hal-hal yang baru, kemampuan berpikir secara divergen, kemampuan merealisasikan gagasan dan keinginan yang koheren dengan situasi-situasi baru, membangun konstruksi pemikiran dan aksi yang positif.Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya..Amien

Play Group (Pendidikan Anak Usia Dini)

YOGYAKARTA–MIOL: Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo menegaskan pendidikan anak usia dini (PAUD) bukanlah sekolah yang sarat dengan pelajaran dan pekerjaan rumah (PR), melainkan wahana bermain sambil belajar yang penuh dengan keceriaan dan kebebasan.“Dengan demikian, memungkinkan anak untuk mengekspresikan dan mengembangkan bakat, minat, dan kreativitasnya, sekaligus mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan sikap perilaku anak dalam suasana yang mengasyikkan,” katanya pada seminar Mewujudkan PAUD Yang Holistik, di Yogyakarta, Senin. Karena itu, katanya dalam sambutan yang dibacakan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas Ace Suryadi, pendidikan terhadap anak usia dini bukan pengajaran yang menjadi tekanan, melainkan pendidikan moral dan nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian melalui kegiatan belajar pembiasaan.Selain itu, juga pembentukan dan pengembangan kemampuan dasar berbahasa, kognitif, fisik, motorik, dan estetika yang dikemas dalam program bermain sambil belajar. Menurut dia, pendidikan yang bermutu tidak hanya dicirikan oleh kemampuan lulusan dalam penguasaan pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam pemahaman nilai keimanan dan ketakwaan, etika,kepribadian, dan estetika, serta meningkatnya kualitas jasmani yang dapat mengantarkan Indonesia menuju bangsa yang modern dan madani.“Semua itu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional kita, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab,” katanya.Ia mengatakan, sejak lahirnya UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PAUD makin mendapatkan perhatian dari pemerintah.Pemerintah memberikan perhatian itu bukan saja karena makin tidak adanya kesempatan atau kemampuan orang tua untuk pendidikan anaknya, melainkan karena adanya kesadaran baru bahwa pengembangan potensi kecerdasan seseorang hanya bisa optimal jika diberikan sejak usia dini melalui berbagai stimulasi seluruh indera dan emosionalnya.Menurut hasil penelitian di bidang neorologi, ternyata 50 persen perkembangan kapasitas intelektual anak sudah selesai pada usia empat tahun pertama, dan mencapai 80 persen pada usia delapan tahun. Artinya, penyiapan mutu pendidikan yang prima dan penyiapan generasi penerus yang tangguh hanya akan dicapai jika anak sejak usia dini sudah mendapatkan stimulasi pendidikan yang tepat, yakni stimulasi yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan psikologis serta kebutuhan spesifiknya, yang berlangsung dalam suasana menggembirakan dan mengasyikkan.Oleh karena itu, pendidikan yang sebelumnya terkesan lebih mementingkan pada anak setelah memasuki usia sekolah (tujuh tahun), kini harus mulai memperhatikan anak usia dini dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.“Pendidikan tinggi juga saya minta mulai memikirkan penyiapan tenaga pendidik dan kependidikan bagi anak usia dini (0-6 tahun) secara utuh, bukan hanya usia 5-6 tahun atau usia TK,” ujar dia. Sumber : http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=81062

PENERIMAAN MURID BARU

Menerima Murid Baru:

1. KELOMPOK BERMAIN/PLAY GROUP Usia 2 - 4 Tahun
2. TAMAN KANAK KANAK Usia 4 - 6 Tahun
3. SEKOLAH DASAR
4. SMP


FASILITAS :

1. Tempat Strategis Gampang Dijangkau
2. Ruangan Bersih dan Nyaman
3. Guru guru yang berpengalaman sabar dan menguasai Psychology Anak
4. Pelajaran Bahasa Inggris yang Diajarkan secara Bertahap dalam
Suasana yang santai dan Edukatif
5. Materi Pelajaran yang sesuai Kurikulum


Daftarkanlah Putra - Putri Anda Segera Ke :

SEKRETARIAT SEKOLAH BAKTI
Jl. Jenderal Sudirman No. 11 Kampung Lalang
Telp. (0765) 51345