Jumat, 05 September 2008
Play Group (Pendidikan Anak Usia Dini)
YOGYAKARTA–MIOL: Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo menegaskan pendidikan anak usia dini (PAUD) bukanlah sekolah yang sarat dengan pelajaran dan pekerjaan rumah (PR), melainkan wahana bermain sambil belajar yang penuh dengan keceriaan dan kebebasan.“Dengan demikian, memungkinkan anak untuk mengekspresikan dan mengembangkan bakat, minat, dan kreativitasnya, sekaligus mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan sikap perilaku anak dalam suasana yang mengasyikkan,” katanya pada seminar Mewujudkan PAUD Yang Holistik, di Yogyakarta, Senin. Karena itu, katanya dalam sambutan yang dibacakan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas Ace Suryadi, pendidikan terhadap anak usia dini bukan pengajaran yang menjadi tekanan, melainkan pendidikan moral dan nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian melalui kegiatan belajar pembiasaan.Selain itu, juga pembentukan dan pengembangan kemampuan dasar berbahasa, kognitif, fisik, motorik, dan estetika yang dikemas dalam program bermain sambil belajar. Menurut dia, pendidikan yang bermutu tidak hanya dicirikan oleh kemampuan lulusan dalam penguasaan pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam pemahaman nilai keimanan dan ketakwaan, etika,kepribadian, dan estetika, serta meningkatnya kualitas jasmani yang dapat mengantarkan Indonesia menuju bangsa yang modern dan madani.“Semua itu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional kita, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab,” katanya.Ia mengatakan, sejak lahirnya UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PAUD makin mendapatkan perhatian dari pemerintah.Pemerintah memberikan perhatian itu bukan saja karena makin tidak adanya kesempatan atau kemampuan orang tua untuk pendidikan anaknya, melainkan karena adanya kesadaran baru bahwa pengembangan potensi kecerdasan seseorang hanya bisa optimal jika diberikan sejak usia dini melalui berbagai stimulasi seluruh indera dan emosionalnya.Menurut hasil penelitian di bidang neorologi, ternyata 50 persen perkembangan kapasitas intelektual anak sudah selesai pada usia empat tahun pertama, dan mencapai 80 persen pada usia delapan tahun. Artinya, penyiapan mutu pendidikan yang prima dan penyiapan generasi penerus yang tangguh hanya akan dicapai jika anak sejak usia dini sudah mendapatkan stimulasi pendidikan yang tepat, yakni stimulasi yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan psikologis serta kebutuhan spesifiknya, yang berlangsung dalam suasana menggembirakan dan mengasyikkan.Oleh karena itu, pendidikan yang sebelumnya terkesan lebih mementingkan pada anak setelah memasuki usia sekolah (tujuh tahun), kini harus mulai memperhatikan anak usia dini dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.“Pendidikan tinggi juga saya minta mulai memikirkan penyiapan tenaga pendidik dan kependidikan bagi anak usia dini (0-6 tahun) secara utuh, bukan hanya usia 5-6 tahun atau usia TK,” ujar dia. Sumber : http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=81062
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar